Apa itu Women With No Boundaries? Sekilas cerita ini adalah versiku untuk menjelaskan tagline tersebut. Menjadi anak perempuan pertama di keluarga itu buatku menyenangkan. Bagaimana tidak, ketika perhatian dan kasih sayang pertama kali selalu dicurahkan kepadaku selama beberapa tahun awal kehidupan. Bukan berarti kehadiran adik-adikku membuat aku sedih karena kekurangan kasih sayang tapi ada hal-hal istimewa yang aku rasakan di saat masih menjadi “the only child”.
Kehadiran empat orang adik dengan rentang jarak yang berbeda-beda membawa kegembiraan di keluarga. Aku sebagai kakak pertama otomatis mempunyai tugas untuk menjaga dan memperhatikan para adik selain beberapa perkerjaan rumah tangga yang memang sudah jadi rutinitas sehari-hari seperti menyapu, membersihkan tempat tidur sendiri dan lain-lain. Hal ini bertujuan agar aku memiliki rasa tanggung jawab.
Tanggung Jawab Sebagai Kakak
Semakin besar, aku menyadari bahwa tanggung jawabku bukan hanya untuk diri sendiri namun juga kepada adik-adikku. Mulailah dari hal terkecil seperti memberi contoh berbicara yang baik dan tidak kasar kepada orang tua, membantu mengerjakan PR dari sekolah jika mereka ada kesulitan, melerai jika ada perselisihan. Tapi ternyata tidak hanya itu, ketika Bapak meninggal dunia beberapa tahun lalu, aku sadar bahwa adik-adik yang masih sekolah ini juga butuh biaya yang tidak sedikit.
Mamah hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa yang sudah bertahun-tahun tidak bekerja. Pensiunan Bapak sebagai PNS tidak begitu besar, mungkin hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari saja. Memang ada beberapa kamar yang dikoskan untuk mahasiswa Universitas dekat rumah tapi aku tidak yakin uang itu akan cukup untuk biaya pendidikan 3 adikku yang belum mentas ini.
Aku berpikir keras dan berusaha mencari ide, kira-kira apa yang bisa aku lakukan untuk mereka sebagai kakak tertua mereka. Minta uang dari suami sepertinya bukan solusi jitu. Dan akhirnya aku memutuskan untuk membuat usaha rajutan.
Merajut Asa
Menjadi pengusaha sebenarnya tidak pernah terpikirkan olehku di masa kuliah. Dulu impianku adalah bekerja di sebuah kantor atau mengajar di sekolah. Tapi ada beberapa peristiwa yang akhirnya memutuskan aku tinggal di rumah dan membesarkan anak. Hanya saja ada keterampilan yang aku sukai sejak sekolah yaitu merajut.
Saat itu rajutan belum populer seperti saat ini sehingga untuk mencari referensi harus mencari di internet. Bahan-bahannya pun seperti benang dan hakpen harus memesan di luar kota. Namun hal ini teratasi ketika aku bergabung dengan komunitas rajut nasional, sehingga informasi teknik pola dan bahan-bahan bisa kita ketahui informasinya dengan lebih mudah.
Dengan bermodal beberapa benang aku membuat beberapa kreasi rajutan lalu diupload di media sosial Facebook. Banyak komentar positif dari beberapa teman dan alhamdulillah seiring waktu ada saja orang yang memesan secara custom. Ada yang memesan topi bayi, cardigan, tas dan sebagainya. Pundi-pundi uang pun mengalir dan sebagian bisa aku sisihkan untuk biaya adik-adik. Tidak banyak tapi aku senang bisa membantu mereka dari hasil usahaku sendiri.
Manajemen Waktu
Mengembangkan usaha yang berbarengan dengan mengurus keluarga tidak mudah ternyata. Banyak hal yang harus aku sesuaikan apalagi anak-anak juga perlu perhatian. Didikan mamah untuk membagi tanggung jawab kepada anak-anak memberikan nilai positif di rumah. Beberapa pekerjaan rumah bisa dihandle oleh mereka yang kebetulan perempuan semua. Selain itu dukungan suami juga penting untuk membantu dalam hal antar jemput sekolah.
Biasanya ketika anak-anak sekolah dan pekerjaan rumah tangga sudah beres, barulah usaha rajutan ini aku kerjakan. Namun begitu anak-anak dan suami pulang dan berada di rumah aku kembali ke peranku sebagai ibu. Malam hari ketika rumah sudah sepi dan semua tidur, aku lanjutkan lagi pekerjaanku yang tertunda. Lelah ? Tentu saja. Mana ada pekerjaan yang tidak melelahkan tapi karena aku juga hobi merajut maka lelah itu tidak terasa.
Women With No Boundaries
Untuk meningkatkan skill dan juga pengalaman usaha, aku berusaha ikut beberapa acara dan webinar kewirausahaan dan sebagainya. Seperti yang aku ikuti di hari Sabtu, 15 Oktober lalu dari Rahina Indonesia dan Dini Fitria bertajuk Teknik Copywriting Story Telling untuk Bisnis Digital. Dan terbukalah berbagai teknik yang membuatku berpikir : Nah, ini dia yang aku perlukan untuk meningkatkan usaha yaitu copywriting yang baik.
Sesi Teknik Copy writing Story Telling untuk Bisnis Digital dari Mbak Dini Fitria sangat menarik karena banyak materi-materi yang sebelumnya tidak aku pahami sebagai pengusaha untuk membuat caption dan story telling dari sebuah produk. Bahwa tidak semua bisa dikatakan dengan gamblang namun dengan beberapa sentuhan emosi pun akhirnya bisa menarik pembaca untuk membeli produk kita.
Tak kalah menariknya juga adalah paparan teh Tina sebagai Founder Rahina yang memiliki tagline Women With No Boundaries yang memikatku karena menurutnya perempuan itu harus berdaya dan mampu untuk berkembang. Pantang menyerah dan selalu mencari ide kreatif menjadi kunci untuk membesarkan Rahina Indonesia.
Kebetulan yang membawa berkah. Tagline Women With No Boundaries pas sekali dengan pengalaman yang bertahun-tahun aku jalani. Karena aku yakin kalau semua perempuan memiliki kemampuan untuk berdaya dan berjuang di bidangnya masing-masing dengan tetap menjalankan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Jika perempuan memiliki skill dan mampu mandiri justru akan meningkatkan kepercayaan dirinya dan tidak rendah diri. Sikap inilah yang akan dilihat oleh anak-anaknya dan membuat mereka juga mau berjuang seperti ibu dan ayahnya.
Rahina Indonesia dengan tagline-nya yang keren itu juga mengeluarkan produk-produk yang menggambarkan ketangguhan wanita seperti di seri produknya. Ini beberapa contoh produk keren Rahina
1. Errina Monogram yang diperuntukkan bagi perempuan aktif yang memiliki karakter tangguh dan inspirational.
2. Hanakatoba Series diperuntukkan bagi perempuan yang mempunyai ketekunan dalam mencapai visi.
3. Sheica Signature Series yang terinspirasi dari bunga dan kupu-kupu dimaksudkan agar perempuan mampu menemukan cahaya dari kegelapan yang menyelimuti.
4. Seigahia Series yang terinspirasi dari ombak dimaksudkan bahwa perempuan mampu melalui jalan berliku dan penuh tantangan untuk mencapai visinya.
Memiliki produk yang tidak hanya nyaman dan tidak membuat gerah bukanlah satu-satunya tujuan Rahina Indonesia namun juga memberikan value labih bagi perempuan Indonesia. Penasaran dengan produk Rahina Indonesia? Klik disini ya.