Menjadi manusia yang sehat dan sempurna ? Pasti semua orang mau. Tapi kenyataanya takdir berkata lain karena ada teman-teman kita yang mengalami cacat fisik bawaan maupun karena kejadian atau sakit tertentu. Dan tidak mudah menjadi kaum yang termarjinalkan secara fisik. Tantangan ini dialami oleh salah satunya adalah Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) ketika kembali ke masyarakat seperti contohnya akses fasilitas umum yang belum mendukung kaum disabilitas dan untuk usia kerja adalah mininmya perusahaan atau tempat kerja yang mau menerima keadaan mereka.
Di tahun 2019 tingkat partisipasi angkatan kerja penyandang cacat hanya 45,9 % yang artinya dari 10 orang penyandang disabilitas usia kerja hanya 5 orang yang memiliki akses kerja. Angka ini bahkan hanya 1/3 dari nilai tingkat partisipasi angkata kerja non disabilitas. Kelompok disabilitas yang termasuk di dalamnya OYPMK dianggap tidak produktif, tidak memiliki kemampuan yang layak dan pendidikan yang cukup serta ada kekhawatiran akan memberikan kerugian materiil bagi perusahaan yang memberi pekerjaan. Stigma-stigma negatif ini menghambat menghambat kelompok ini untuk mandiri dan berkembang sesuai minat dan bakatnya.
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK RI, drg. Agus Suprapto M.Kes, di acara talkshow Ruang Publik KBR pada 27 Juli 2022 lalu yang bertajuk “Peran Pemerintah Dalam Upaya Peningkatan Taraf Hidup OYPMK” menerangkan bahwa fokus kemenko PMK dan beberapa kementerian tentang kusta adalah bukan saja tentang masalah klinis saja tetapi juga masalah sosial kemasyarakatan yang para penderitanya. Diungkapkan drg. Agus bahwa kunci dari kusta adalah kebersihan sehingga upaya literasi tentang kebersihan di kawasan slum perkotaan dan juga di desa terus digembar-gemborkan untuk menurunkan resiko penyakit ini. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri maka untuk itu diperlukan sinergi dengan berbagai pihak agar bisa menanggulangi kusta dan memberikan kesetaraan di masyarakat untuk OYPMK.
Di kesempatan ini, Mahdis Mustafa sebagai OYPMK dari daerah di Sulawesi Selatan menceritakan perjalanannya dalam mencari pekerjaan. Karena kesulitan mencari pekerjaan bagi OYPMK di kampung halamannya, ia mencoba mencari peluang di kota Makassar. Dan usahanya membuahkan hadil sehingga ia bisa bekerja di 4 perusahaan outsourcing dengan sistem kontrak. Saat ini Mahdis bekerja di PT Azaretha Hana Megatrading Makasar sejak bulan Januari 2022 sebagai cleaning service dan dalam waktu 3 bulan, ia dipercaya sebagai SPV Cleaning Service yang membawahi dua tim. Bukankah ini adalah pencapaian yang baik dari seorang OYPMK.
Sebuah contoh yang patut ditiru dari PT Azaretha Hana Megatrading adalah mau memperkerjakan Mahdis dengan tidak membedakan job desk antara OYPMK dan pekerja dengan kondisi normal di divisi cleaning service, sehingga tidak ada diskriminasi dan saling iri terkait tugas yang dikerjakan.
Perjalanan Mahdis memang hanya mewakili kisah OYPMK yang bisa merasakan kesempatan bekerja dan dipercaya untuk berkembang di tempatnya bekerja. Tapi kisah ini juga memberikan bukti bahwa OYPMK tidak boleh dipandang sebelah mata karena dengan keterbatasan fisik yang mereka miliki, tetap ada potensi yang bisa dikembangkan. Hal ini bisa meningkatkan taraf hidup mereka sehingga OYPMK bisa mandiri dan tidak bergantung kepada keluarga seumur hidupnya seperti yang selama ini kita dengar.
Di balik suksesnya Mahdis yang mampu berdaya di masyarakat, ada pihak yang selalu mendukungnya. Selain tentu saja keluarga yang menyertainya berobat selama bertahun-tahun, ada pula organisasi OYPMK yang memberikannya semangat dan keberanian untuk keluar dari cangkang keterpurukannya akibat menderita penyakit kusta. Walau diakuinya bekerja adalah keharusan baginya untuk mengurangi beban keluarganya secara finansial.
Bekerja di sebuah perusahaan bisa jadi adalah salah satu sarana kemandirian dan pembuktian kemampuan OYPMK dan masih banyak bidang-bidang lain yang bisa mereka explore untuk kemandirian. Contohnya di Malang, ada sebuah organisasi disabilitas yang bekerja sama dengan pengrajin batik dalam memberikan kesempatan penderita disabilitas untuk belajar membatik shibori, ecoprint dan lain-lain. Dari kegiatan ini banyak penderita disabilitas yang akhirnya memiliki bekal di bidang kriya dan bisa mengembangkan usaha batiknya sendiri.
Mari jadikan OPYMK mampu berdaya di masyarakat dengan memberikan mereka kesempatan untuk bekerja dan mengembangkan potensi dirinya